Topeng Kedungmonggo Pakisaji

Rabu, 28 Desember 2011

         Tari Topeng diperkirakan muncul pada masa awal abad 20 dan berkembang luas semasa perang kemerdekaan. Tari Topeng adalah perlambang sifat manusia, karenanya tari topeng banyak model yang  menggambarkan situasi yang berbeda, menangis, tertawa, sedih, malu dan sebagainya.Biasanya tari topeng pada umumnya mengisahkan cerita rakyat atau sebuah fregmentasi hikayat tentang berbagai hal terutama bercerita tentang kisah-kisah Panji. Karena dari kisah-kisah Panji maka di namakan Topeng Panji.
            Tari Topeng Malangan sangat khas karena merupakan hasil perpaduan antara budaya Jawa Tengahan, Jawa Kulonan dan Jawa Timuran (Blambangan dan Osing) sehingga akar gerakan tari ini mengandung unsur kekayaan dinamis dan musik dari etnik Jawa, Madura dan Bali.
Salah satu keunikannya adalah pada model alat musik yang dipakai seperti rebab, seruling Maduradan karawitan model Blambangan. Sampai saat ini Tari Topeng masih bertahan di Kedung Monggo dan masih memiliki sesepuh yaitu Mbah Karimun ( alm ) yang tidak hanya memiliki keterampilan memainkan tari ini namun juga menciptakan model-model topeng dan menceritakan kembali hikayat yang sudah berumur ratusan tahun yang sekarang di warisi oleh pak Jumadi (teman main saya waktu kecil). 
Tapi yang Kami ceritakan yang bertempat di Kedung Monggo, Pakisaji, Malang, Jawa Timur (tentunya dekat dengan rumah saya).
        Konon Tari Topeng diciptakan oleh Airlangga yakni putra dari Darmawangsa Beguh di kerajaan Kediri.Ia kemudian menyebarkan seni tari itu sampai ke Kerajaan Singosari yang di pimpin oleh Ken Arok.  Raja Singosari itu kemudian menggunakan tari topeng untuk upacara adat, drama tari yang terdiri dari kisah Ramayana, Mahabarata, dan Panji.  Selain itu, tari topeng juga digunakan untuk penghormatan pada para tamu dan ritual memuja arwah nenek moyang.
             Kemudian pada awal penyebaran agama Islam di Indonesia, para Wali Songo mencoba memperbaiki tari topeng agar dapat disesuaikan dengan aturan agama Islam.
Diantaranya adalah dengan merubah tata busana tari topeng menjadi lebih sopan dan mengganti bahan alat musik tari topeng. Tujuan penggantian bahan gamelan Tari Topeng menjadi kuningan adalah untuk memperkeras alunan musik tari tersebut.
           Karena dengan alunan yang keras, banyak rakyat yang akan datang ke tempat tarian itu. Dan para Wali Songo dapat menyebarkan agama islam di tempat itu. Pada saat zaman penjajahan, Tari Topeng sudah hampir punah, hanya pejabat tinggi atau pemerintah Kolonial belanda saja yang mengerti tentang Tari Topeng. Tetapi ada seorang pelayan belanda bernama Panji Reni yang ditugaskan mencuci topeng, Ia kemudian tertarik untuk mempelajari tari tersebut. Akhirnya, ia mencoba membuat topeng di Polowijen, Blimbing dan ternyata hasilnya sangat memuaskan. Kemudian, ayah Pak karimun (Ki Man) juga mempelajari tari Topeng tersebut dan mancoba membuat topeng di Kedung Monggo, kecamatan Pakisaji, Malang.
          Dan pada tahun 1993, ( alm ) Pak karimun belajar mencari topeng bersama ayahnya. Dan akhirnya beliau menjadi pengrajin topeng serta pendiri Sanggar Tari  ASMOROBANGUN. Sekarang Sanggar Tari tersebut di kelola masyarakat sekitar dan yang memimpin adalah Bpk. Jumadi yang sampai sekarang  eksis di dunia Seni khususnya Topeng Malangan.
            Anak-anak, remaja dan orang dewasa dari berbagai daerah banyak yang belajar di sanggar tari ini, bahkan tidak jarang turis-tulis dari manca negara menginap berminggu-minggu bahkan bulanan untuk ikut serta belajar Seni Tari Topeng dan mungkin juga untuk keperluan study.

0 komentar: