Analisa Mastitis

Jumat, 06 Maret 2009

ANALISA MASTITIS
Oleh : Iwan Santoso


1. Definisi Mastitis
Mastitis berasal dari bahasa Yunani yaitu Matos yang berarti infeksi dan Itis berarti radang. Jadi Mastitis adalah infeksi yang menyebabkan peradangan ambing pada sapi perah

2. Penyebab Mastitis dan Penularannya
Mastitis disebabkan oleh bakteri-bakteri tersebut menginfeksi sapi pada ambing dan menular dari sapi yang terinfeksi ke sapi yang tidak berinfeksi (Contagius). Sanitasi alat perah dan pemerahan yang kurang baik dapat mempercepat penularan bakteri ke Contagius.
Selain itu Mastitis juga bisa disebabkan oleh bakteri yang hidup bebas di lingkungan seperti di pasir, air, feces, udara, dan lain – lain.
Bakteri tersebut masuk ke kelenjar susu dan ambing melalui spingter putting ketika ujung putting kontak langsung dengan lingkungan yang terkontaminasi bakteri. Beberapa bakteri mampu menetap pada ambing selama beberapa hari atau minggu sampai menjadi klinis. Musim hujan yang lembab akan mempercepat perkembangbiakan bakteri dan penularan mastitis.

3. Ciri – ciri Mastitis
Sapi yang terinfeksi mastitis biasanya mengalami depresi, mata cekung, ambing bengkak, ambing keras, ambing panas (<36o). Suhu rectal tinggi dan sangat sensitif apabila tersentuh.



4. Tingkatan Mastitis
a. Sub Klinis
Pada kondisi sub klinis tidak bisa di lihat dengan mata dan hanya bisa di lihat dengan CMT dan angka konduktifiti yang tinggi pada defecer (7 – 9). Dalam CMT susu yang terinfeksi berbakteri akan membentuk gel (+1, +2, +3), pada kondisi ini bisa terjadi kesembuhan bila anti body sapi mampu melawan bakteri atau sebaliknya.

b. Klinis (Mastitis)
Pada kondisi Klinis bisa di lihat dengan cara perabaan pada ambing dan strecping di mana susu yang didapatkan tidak normal. Macam-macam kondisi klinis antara lain :
 T1 ciri-cirinya terdapat gumpalan kecil-kecil pada susu.
 T2 ciri-cirinya terdapat gumpalan yang lebih besar pada susu.
 T3 ciri-cirinya terdapat gumpalan yang lebih besar dari T1 dan T2
 Chung ciri-cirinya susu sudah berubah menjadi nanah
 Watery ciri-cirinya bila di streeping susu sudah tidak keluar melainkan hanya air yang keluar dari susu.
 Blood ciri-cirinya bila di streeping keluar darah
Semua tingkatan Mastitis (Sub Klinis, T1, T2, T3, Chung, Watery, Blood) biasanya disertai dengan ambing panas, atau keras.

5. Dampak Mastitis
Karena Mastitis menyerang pada kelenjar susu dan ambing maka susu yang dihasilkan akan rusak. Infeksi dan peradangan pada ambing menyebabkan sapi mengalami depresi, penurunan nafsu makan dan kenaikan suhu tubuh sehingga dapat mempengaruhi metabolisme. Pada kondisi ini sapi bisa saja ambruk atau mati.

6. Pengobatan Mastitis
Pengobatan Mastitis dilakukan dengan cara Intra mammary ke lubang putting dan infeksi anti biotic pada leher sapi.
Cara pengobatan :
a. Melakukan Preedeep
b. Melakukan identifikasi sapi dan ambing dengan melakukan streeping yang di mulai dari putting yang tidak terinfeksi ke putting lain (T1, T2, T3, Chung, Watery, Blood) atau mastitis yang disertai dengan kondisi ambing panas, keras, kemerah-merahan, dan lain-lain.
c. Melakukan pengelapan yang juga di mulai dari putting yang tidak terinfeksi ke putting lain yang terinfeksi.
d. Melakukan pemerahan.
e. Postdeep dan sanitasi alat pemerahan
f. Pengobatan (Intramamary dan infeksi).
g. Postdeep.

Obat dalam tingkatan mastitis :
 Pada infeksi ringan (T1, T2) intramamary, Lactaclok, biomysin.
 Pada infeksi sedang (T2, T3) intramamary, terexin dan infeksi anti biotik pensteept dengan dosis 5 ml.
 Pada infeksi akut (T1, T2, T3 yang di sertai watery) di intramamary dengan longisin dengan dosis 5 ml atau 10 ml, dan infeksi anti biotik penstreept atau betamox.
 Untuk semua infeksi yang disertai dengan kondisi ambing yang panas ataupun keras dilakukan infeksi dengan menggunakan butasil untuk sapi yang bunting dan Biodexa untuk sapi yang tidak bunting.

7. Tindakan untuk meminimalisir Mastitis di Departemen Milking
 Preedeeping yang efektif sebelum melakukan streeping
 Pengelapan putting harus benar-benar kering dan bersih.
 Meminimalis alat yang bocor (swoking) pada saat pemerahan.
 Postdeeping yang efektif, larutan deeping harus menutup semua areal putting.
 Hygiene dan prosedur pemerahan yang benar.
 Cip alat pemerahan dan melakukan pengetesan secara rutin.
8. Tindakan-tindakan di departemen lain
 Membersihkan lantai kandang dan minimalisasi sisa kotoran.
 Melakukan pengobatan sapi mastitis dengan disiplin dan konsisten
 Culling sapi yang sering terinfeksi mastitis